(0754) 2440121

sikabaunagari1@gmail.com

Permohonan Online

Anda dapat mengajukan secara permohonan online

Produk Warga

Jelajahi produk lokal buatan dari para warga kami untuk Anda

Lapor/Aduan/Saran

Anda dapat melaporkan aduan dan memberi saran maupun kritik

Wilayah Desa

Berikut adalah rincian dari wilayah Desa Sikabau, mulai dari
luas keseluruhan wilayah desa, luas wilayah pesawahan, dan lainnya.

Hektare Wilayah

Hektare Tanah Kas Desa

Dusun

Hektare Daratan

Hektare Telaga

Rukun Warga

Hektare Sawah

Hektare Lain-lain

Rukun Tangga

Keadaan Alam

Luas Wilayah

        Nagari Sikabau merupakan salah satu Nagari terluas di Kecamatan Pulau Punjung dengan luas wilayah 16.316 Ha atau 163,16 km2, dengan dataran rendah seluas 10.605 Ha dan dataran bergelombang dan Dataran tinggi seluas 5.711 Ha.

Orbitrasi Wilayah

     Secara geografis Nagari Sikabau terletak diantara 101°.33’.32,013” BT dan 0°.59’.25,629” LS yaitu berada pada bagian Selatan Provinsi Sumatera Barat.

Secara Administratif Pemerintahan Nagari Sikabau berbatasan dengan:

–   Sebelah Utara        :  Nagari Siguntur Kecamatan Sitiung.

–   Sebelah Selatan    :  Kabupaten Solok Selatan.

–  Sebelah Timur : Nagari Tabiang Tinggi Kecamatan Pulau Punjung, dan

–   Sebelah Barat   : Nagari Sungai Dareh Kecamatan Pulau Punjung.

Secara Administratif wilayah Nagari Sikabau terdiri dari 11 jorong, yaitu: Jorong Bukit Barangan, Jorong Tanjung Salilok, Jorong Tabek Pamatang, Jorong Koto Sikabau, Jorong Parik Tarajak, Jorong Kampung Baru, Jorong Bukit Mindawa, Jorong Kapalo Koto, Jorong Koto Panjang, Jorong Sungai Sonsang, Jorong Campur Jaya.

Topografi

     Topografi adalah gambaran tentang tingkat kemiringan dan ketinggian tanah.  Karakteristik Lahan dan Iklim Nagari Sikabau adalah:

Topografi : – Datar                       : 65%

                     – Bergelombang     : 20%

                     – Berbukit                 : 15%

  1. Jenis Tanah      : PMK (Padsolik Merah Kuning)
  2. PH Tanah          : 55-60
  3. Ketinggian        : 1.150 -1.250 m DPL
  4. Temperatur       : 27 s/d 33 derajat Celcius
  5. Kelembaban     : 100o C s/d 110o C
  6. Curah Hujan dan Iklim

Curah hujan diambil dari stasiun pencatat curah hujan instalasi Gunung Medan, maka Sikabau mempunyai curah hujan rata-rata 2.156,6 mm/tahun, jumlah rata-rata hari hujan 87 hari hujan/tahun.

Berdasarkan data terakhir pemetaan Nagari Sikabau, kondisi daerah didominasi oleh topografi datar dengan luas 767 Ha dan landai seluas 685 Ha. Secara berturut-turut di ikuti dengan agak curam 40%, curam 50 Ha serta topografi sangat curam 217 Ha.

   Luas dan Tingkat Kemiringan Daerah

No.TopografiKemiringanLuas (Ha)
1.Datar0 – 8 %767
2.Landai9 – 15 %685
3.Agak Curam16 – 25 %200
4.Curam26 – 45 %50
5.Sangat Curam> 46 %217
Total1.919

Tingkat kemiringan 00%-08% dikategorikan ke dalam kelompok kondisi datar, tingkat kemiringan 09%-25% dikategorikan ke dalam kelompok kondisi tanah bergelombang, tingkat kemiringan 26%-60% dikategorikan ke dalam kelompok kondisi tanah berbukit dan tingkat kemiringan 61% keatas dikategorikan ke dalam kelompok kondisi tanah bergunung(curam).

Dari data tersebut diatas menggambarkan bahwa tingkat kemiringan 00%-25% dengan kategori kelompok datar dan bergelombang yang dinilai cocok dan sesuai untuk lahan budidaya pertanian tanaman pangan dan hortikultura serta lahan perkebunan rakyat mempunyai luas 1.452 Ha atau 75,6 % dari luas daerah.

Sementara kondisi lahan dengan tingkat kemiringan 26%-60% dengan kategori kondisi tanah berbukit dan bergunung yang dinilai cocok dan sesuai untuk lahan beberapa jenis tanaman perkebunan dan tanaman hutan mempunyai luas 467 Ha atau 24.33 % dari luas daerah.

Berdasarkan data terakhir pemetaan Nagari Sikabau bahwa di daerah Nagari Sikabau masih terdapat kondisi lahan tidur dengan tutupan lahan pada rumput dan semak belukar seluas 6.3 km² atau 30 % dari luas daerah.

Kondisi ini menggambarkan bahwa daerah Nagari Sikabau relatif masih sangat potensial untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Karena disamping budidaya pertanian dan perkebunan rakyat yang dilakukan masyarakat masih tergolong  tradisional dan semi teknis dan juga masih ditemukan adanya lahan-lahan tidur yang dapat ditingkatkan sebagai lahan produktif.